Harga Turtle

Turtle adalah Protokol Distribusi pertama yang memonetisasi aktivitas Web3 dengan melacak tindakan dompet pengguna. Protokol ini berfokus pada: 1. Likuiditas yang disebarkan dan hasil yang diperoleh 2. Pertukaran pengguna dan perutean melalui mitra protokol 3. Staking yang didelegasikan ke validator 4. Penggunaan kode referral Turtle bertujuan untuk menyelaraskan insentif di antara pemain utama DeFi termasuk Penyedia Likuiditas, Pengembang, Pemodal Ventura, Auditor Keamanan, dan Penambang. Misi utamanya adalah menyediakan lapisan pengamanan dalam DeFi, memastikan penyebaran likuiditas yang transparan dan teliti sambil mempromosikan pengembalian yang disesuaikan dengan risiko yang lebih baik untuk semua pemangku kepentingan. Per 2025-10-22, Turtle memiliki pasokan beredar sebesar 154.7M TURTLE TURTLE dan pasokan maksimum sebesar 1B TURTLE TURTLE. Protokol ini beroperasi di jaringan Ethereum dan BNB Smart Chain, masing-masing menggunakan standar token ERC-20 dan BEP-20. Fokus proyek pada penyelarasan insentif dan mitigasi risiko memposisikannya sebagai pemain unik dalam lanskap DeFi yang terus berkembang.

Turtle dibuat pada 9 Desember 2017. Ini muncul selama puncak boom cryptocurrency pada akhir 2017, ketika ada kegembiraan dan minat yang signifikan seputar mata uang digital baru. Para pendiri meluncurkan Turtle sebagai mata uang digital yang menyenangkan dan cepat, bertujuan untuk membuat crypto lebih mudah diakses oleh masyarakat umum. Sejak penciptaannya, Turtle telah berkembang menjadi proyek mapan di ruang cryptocurrency, dengan kapitalisasi pasar saat ini sebesar Rp515.27B dan harga Rp3,330.8 per 2025-10-22. Total pasokan Turtle dibatasi pada 1B TURTLE koin, dengan 154.7M TURTLE saat ini beredar.

Pendiri Turtle adalah Esfandiar Lagevardi, yang menjabat sebagai co-founder dan CEO. Turtle baru-baru ini diluncurkan sebagai protokol distribusi inovatif di ruang Web3. Ini bertujuan untuk memonetisasi aktivitas Web3 dengan melacak tindakan dompet pengguna di berbagai aktivitas DeFi, termasuk penyediaan likuiditas, trading, staking, dan referral. Misi inti proyek ini adalah menyelaraskan insentif di antara pemain kunci DeFi seperti penyedia likuiditas, pengembang, VC, auditor keamanan, dan penambang. Turtle berusaha menciptakan lapisan pengamanan di DeFi, mempromosikan transparansi, uji tuntas, dan imbal hasil yang disesuaikan dengan risiko yang lebih baik sambil mengurangi risiko protokol. Dengan total pasokan 1B TURTLE token dan pasokan yang beredar sebesar 154.7M TURTLE, Turtle diposisikan sebagai pemain unik dalam ekosistem Web3 yang terus berkembang.

Turtle beroperasi sebagai protokol distribusi terdesentralisasi yang memonetisasi aktivitas Web3 dengan melacak aktivitas dompet pengguna. Protokol ini berfokus pada empat bidang utama: 1. Penyediaan likuiditas dan perolehan hasil 2. Pertukaran dan perutean melalui mitra protokol 3. Delegasi stake ke validator 4. Penggunaan kode referral Blockchain TURTLE menggunakan smart contract untuk mengotomatisasi proses-proses ini, memastikan transparansi dan efisiensi. Tujuannya adalah untuk menyelaraskan insentif di antara berbagai pemangku kepentingan DeFi, termasuk penyedia likuiditas, pengembang, pemodal ventura, auditor keamanan, dan penambang. Misi utama Turtle adalah menyediakan lapisan pengamanan di DeFi, mendorong uji tuntas dalam penyediaan likuiditas dan mengurangi risiko. Protokol ini menggunakan algoritma unik untuk memberi reward kepada pengguna berdasarkan aktivitas on-chain mereka, mendorong ekosistem yang lebih terlibat dan berkelanjutan. Dengan total suplai 1B TURTLE token dan suplai yang beredar sebesar 154.7M TURTLE, Turtle telah mendapatkan daya tarik di ruang DeFi. Per 2025-10-22, token ini berada di peringkat #821 di antara mata uang kripto dengan kapitalisasi pasar Rp515.27B. Token TURTLE berfungsi sebagai aset asli dari ekosistem, digunakan untuk tata kelola, staking, dan mengakses fitur premium. Nilainya berasal dari pertumbuhan dan adopsi jaringan, dengan potensi apresiasi seiring protokol memperluas kemitraan dan basis penggunanya.

Turtle menggunakan arsitektur buku besar terdistribusi dengan teknik kriptografi canggih untuk keamanan dan transparansi. Blockchain menggunakan mekanisme konsensus untuk memvalidasi transaksi dan memastikan integritas data. Fitur utamanya meliputi: 1. Dukungan multi-rantai: Turtle beroperasi di jaringan Ethereum (ERC-20) dan BNB Chain (BEP-20). 2. Kontrak pintar: Memungkinkan eksekusi otomatis dari fungsi dan perjanjian yang terprogram. 3. Pelacakan dompet: Memantau aktivitas dompet pengguna untuk memonetisasi interaksi Web3. 4. Mekanisme staking: Memungkinkan pengguna untuk mendelegasikan stake kepada validator untuk keamanan jaringan. 5. Pool likuiditas: Memfasilitasi perdagangan terdesentralisasi dan menghasilkan yield. 6. Interoperabilitas antar-rantai: Memungkinkan transfer aset yang mulus antar blockchain yang didukung. 7. Sistem tata kelola: Pemegang token dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan protokol. Arsitektur ini bertujuan untuk menyelaraskan insentif di antara pemain utama DeFi, termasuk penyedia likuiditas, pengembang, dan validator, sambil menyediakan lapisan pengamanan untuk penyebaran likuiditas yang transparan dan aman dalam ekosistem DeFi.

Turtle bertujuan untuk merevolusi DeFi dengan menyelaraskan insentif di antara pemain kunci seperti penyedia likuiditas, pengembang, VC, auditor, dan penambang. Misi utamanya adalah menyediakan lapisan pengamanan di DeFi, memastikan penyebaran likuiditas yang transparan dan teliti sambil mempromosikan pengembalian yang disesuaikan dengan risiko yang lebih baik bagi semua pemangku kepentingan. Peta jalan masa depan Turtle berfokus pada: 1. Memperluas kemitraan dengan protokol DeFi utama 2. Meluncurkan fitur staking dan tata kelola 3. Mengimplementasikan fungsionalitas lintas rantai 4. Mengembangkan alat analitik canggih untuk pengguna Pada 2026, Turtle berencana untuk berintegrasi dengan setidaknya 10 platform DeFi teratas. Pada 2027, bertujuan untuk menjadi protokol distribusi likuiditas terkemuka di berbagai blockchain. Tujuan jangka panjang termasuk menjadi landasan infrastruktur DeFi pada 2030. Meskipun prediksi harga spesifik bersifat spekulatif, banyak analis optimis terhadap potensi Turtle. Beberapa proyeksi menunjukkan TURTLE bisa mencapai Rp4,017.06 pada 2026, Rp4,812.94 pada 2027, dan berpotensi mencapai Rp5,482.18 pada 2030, didorong oleh peningkatan adopsi dan pertumbuhan ekosistem.