Usulan pengelolaan Aave ditolak, perebutan kendali merek DAO memicu refleksi mendalam komunitas

Komunitas Aave baru-baru ini menyelesaikan pemungutan suara terhadap sebuah proposal tata kelola yang cukup kontroversial, dan hasilnya menunjukkan mayoritas pemegang token memilih untuk menolaknya. Proposal awalnya bertujuan untuk mengintegrasikan aset terkait merek Aave, termasuk domain, akun media sosial, hak penamaan, dan kekayaan intelektual lainnya, ke dalam sistem organisasi otonom terdesentralisasi (DAO), tetapi akhirnya tidak mendapatkan dukungan dari komunitas.

Berdasarkan hasil pemungutan suara di snapshot, sekitar 55,29% dari hak suara memilih menolak, 41,21% dari pemegang token abstain, dan hanya 3,5% yang benar-benar mendukung proposal tersebut. Hasil ini menunjukkan bahwa, meskipun proposal ini berfokus pada “mendorong desentralisasi” dan “mengklarifikasi tata kelola merek”, pada tahap saat ini belum terbentuk konsensus yang cukup.

Sebagai salah satu protokol pinjaman terbesar di bidang keuangan terdesentralisasi (DeFi), arah tata kelola Aave selalu menjadi perhatian pasar. Penolakan terhadap proposal ini tidak hanya mencerminkan perbedaan pendapat komunitas mengenai kecepatan dan prioritas tata kelola, tetapi juga mengungkapkan kompleksitas permainan kekuasaan antara pengendalian merek, operasi protokol, dan batas kekuasaan DAO dalam proyek DeFi.

Setelah pemungutan suara berakhir, beberapa pemegang token penting secara terbuka menyampaikan kekhawatiran yang lebih mendalam. Evgeny Gaevoy, pendiri sekaligus CEO Wintermute, menyatakan bahwa alasan mereka memberikan suara menolak tidak terbatas pada satu proposal saja, melainkan pada masalah jangka panjang terkait penangkapan nilai token dan konsistensi insentif Aave. Ia berpendapat bahwa jika masalah ini dapat diselesaikan di Aave, hal itu dapat menjadi referensi paradigma tata kelola bagi seluruh industri kripto.

Sementara itu, penasihat DeFi Hasu menunjukkan bahwa akar permasalahan terletak pada “struktur ganda” yang menggabungkan token tata kelola dan entitas saham independen. Menurutnya, struktur ini cenderung menyebabkan ketidakseimbangan insentif, yang menurunkan efisiensi tata kelola DAO. Meskipun model ini memiliki relevansi dalam lingkungan regulasi awal, bagi investor jangka panjang, ini lebih seperti pengaturan transisi daripada solusi yang berkelanjutan.

Sebelum pemungutan suara resmi, komunitas Aave sudah menunjukkan perbedaan yang mencolok terkait kecepatan kemajuan proposal dan proses tata kelola. Beberapa anggota berpendapat bahwa memulai pemungutan suara sebelum diskusi cukup matang membatasi partisipasi dan melemahkan kredibilitas tata kelola DAO. Selain itu, tindakan pendiri Stani Kulechov yang menambah kepemilikan AAVE sebelum voting juga kembali memicu diskusi tentang pengaruh pemegang besar di pasar.

Secara keseluruhan, penolakan terhadap proposal tata kelola Aave ini bukan sekadar “menolak desentralisasi”, melainkan mencerminkan tuntutan komunitas yang lebih tinggi terhadap struktur tata kelola, hak token, dan arah jangka panjang. Bagi Aave dan ekosistem DeFi secara keseluruhan, kontroversi ini mungkin menjadi peluang penting untuk meninjau kembali model tata kelola DAO.

AAVE1,25%
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
  • Hadiah
  • Komentar
  • Posting ulang
  • Bagikan
Komentar
0/400
Tidak ada komentar
Perdagangkan Kripto Di Mana Saja Kapan Saja
qrCode
Pindai untuk mengunduh aplikasi Gate
Komunitas
Bahasa Indonesia
  • 简体中文
  • English
  • Tiếng Việt
  • 繁體中文
  • Español
  • Русский
  • Français (Afrique)
  • Português (Portugal)
  • Bahasa Indonesia
  • 日本語
  • بالعربية
  • Українська
  • Português (Brasil)