Amerika menurunkan suku bunga, Inggris mengikuti tren, Jepang justru berbalik dan bersiap untuk menaikkan suku bunga——Ketiga ekonomi terbesar dunia ini secara mendadak bermain "tidak sinkron", dan di pasar terdengar suara penuh keheranan: Apakah ini konflik? Apakah akan langsung meledak?
Sebenarnya ini bukan sekadar pertentangan, melainkan gambaran nyata dari ketidaksesuaian siklus ekonomi global secara total.
**Amerika: Dari anti-inflasi beralih ke perlindungan pertumbuhan**
Masih ingat dua tahun lalu Federal Reserve menaikkan suku bunga satu per satu? Itu dilakukan untuk menahan inflasi yang tidak terkendali. Sekarang berbeda. Meskipun inflasi masih di atas target 2%, sudah menunjukkan penurunan yang jelas dari puncaknya. Yang lebih penting, pasar tenaga kerja mulai mendingin—tingkat pengangguran meningkat, pertumbuhan lapangan kerja melambat.
Federal Reserve sekarang memiliki tujuan yang sangat jelas: mencapai "soft landing". Artinya, tanpa membuat ekonomi masuk ke resesi, secara perlahan menurunkan suku bunga dari posisi tinggi saat ini. Ini adalah sikap defensif, bukan serangan.
**Inggris: Terpaksa mengikuti ekonomi terbuka**
Situasi Inggris sedikit lebih rumit. Inflasi dan pertumbuhan upah di sana lebih keras kepala dibanding Amerika, sehingga langkah bank sentral lebih lambat dan lebih hati-hati. Tapi ada batasan: sebagai pusat keuangan global, Inggris tidak mampu menanggung tekanan depresiasi pound terhadap dolar AS. Jika Inggris mempertahankan suku bunga tinggi sementara AS menurunkan suku bunga, modal akan terus mengalir ke AS, dan pound akan tertekan, yang akan menjadi bencana bagi keuangan London.
Oleh karena itu, Bank of England memilih mengikuti tren penurunan suku bunga, tetapi dengan ritme yang lebih lambat dan lebih konservatif. Ini adalah pilihan yang terpaksa.
**Jepang: Perubahan yang sesungguhnya**
Sedangkan kenaikan suku bunga Jepang? Itu adalah klimaks dari drama ini.
Penting untuk dipahami: Jepang tidak menaikkan suku bunga karena ekonomi terlalu panas, melainkan karena terjadi perubahan yang lebih mendalam. Mimpi deflasi yang berlangsung lebih dari 20 tahun akhirnya berakhir. Tahun ini, negosiasi gaji tahunan (Shunto) di Jepang mengalami kenaikan gaji lebih dari 5%, yang jarang terjadi dalam sejarah Jepang. Gaji meningkat, harga-harga juga naik secara moderat, membentuk siklus yang sehat.
Lebih penting lagi, kebijakan suku bunga negatif jangka panjang sedang menggerogoti keuntungan lembaga keuangan dan menghancurkan daya beli yen. Bank of Japan perlu "menormalisasi" kebijakan moneternya—menaikkan dari -0,1% ke 0,1% mungkin tampak kecil, tapi bagi Jepang ini adalah terobosan bersejarah.
Apa artinya ini? Benteng suku bunga nol terakhir di dunia sedang mundur. Fondasi penetapan harga modal sedang berubah.
**Tiga bank sentral, tiga cerita**
Secara kasat mata terlihat konflik, tetapi sebenarnya mencerminkan perbedaan nyata dalam perkembangan ekonomi global: Amerika berusaha mencegah resesi, Inggris melindungi nilai tukar, Jepang mengucapkan selamat tinggal pada deflasi. Setiap negara menyelesaikan masalahnya sendiri, dan hasilnya adalah ketidaksesuaian kebijakan global.
Dampaknya terhadap pasar? Jauh lebih kompleks daripada sekadar "mengabaikan dan meledak". Lingkungan suku bunga sedang berubah, aliran modal sedang disesuaikan, nilai tukar berfluktuasi. Risiko dan peluang muncul bersamaan, menuntut investor untuk memikirkan kembali alokasi aset dan pertimbangan risiko. Ini adalah aturan permainan yang baru.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
13 Suka
Hadiah
13
4
Posting ulang
Bagikan
Komentar
0/400
DaoGovernanceOfficer
· 1jam yang lalu
*sigh* sejujurnya data di sini kehilangan konteks penting tentang mekanisme arus modal... secara empiris, kerangka "perbedaan kebijakan" ini sebenarnya menutupi kegagalan tata kelola nyata yang terjadi di ketiga bank sentral
Lihat AsliBalas0
degenwhisperer
· 12-13 06:51
Gelombang operasi Jepang ini sebenarnya adalah penanda garis pemisah likuiditas global. Dengan runtuhnya benteng suku bunga nol, ruang permainan di belakangnya akan benar-benar berubah.
Permainan arbitrase Yuan dan Yen mungkin akan menulis cerita baru, tapi kembali lagi, akankah "penyesuaian lunak" AS ini benar-benar bisa terwujud? Rasanya sedikit terlalu optimis.
Bank sentral masing-masing bermain sendiri-sendiri, jika Soros masih hidup, dia pasti akan sangat bahagia—ini adalah momen favoritnya.
Gelombang kali ini benar-benar lebih menarik daripada 2008, di tengah siklus kebijakan yang tidak sinkron, siapa yang bisa melakukan pembelian di bawah, dia adalah pemenangnya.
Lihat AsliBalas0
CommunityJanitor
· 12-13 06:51
Jepang akhirnya akan mengucapkan selamat tinggal pada suku bunga nol, ini berarti pergeseran likuiditas global yang besar, modal akan melarikan diri secara ekstrem dari Jepang.
Landing keras atau landing lunak, Federal Reserve mengayunkan pedangnya di atas kepala.
Tiga bank sentral masing-masing bermain sendiri-sendiri, permainan ini terlalu rumit, otak saya sedikit kesulitan untuk memprosesnya.
Poundsterling akan kembali dihancurkan, malang sekali London.
Tunggu dulu, gaji di Jepang naik 5%? Bagaimana mungkin itu, apakah ini nyata?
Bank sentral semuanya sedang melonggarkan kebijakan, tetapi arah yang berbeda, inilah yang paling berbahaya.
Perubahan aliran modal akan berarti lagi-lagi akan ada langkah besar di dunia kripto, bersiaplah semua.
Lihat AsliBalas0
BottomMisser
· 12-13 06:38
Suku bunga 0,2% di Jepang ternyata dipromosikan sebagai terobosan bersejarah, jujur saja, ini karena deflasi selama 20 tahun membuat orang menjadi takut dan gentar
Amerika menurunkan suku bunga, Inggris mengikuti tren, Jepang justru berbalik dan bersiap untuk menaikkan suku bunga——Ketiga ekonomi terbesar dunia ini secara mendadak bermain "tidak sinkron", dan di pasar terdengar suara penuh keheranan: Apakah ini konflik? Apakah akan langsung meledak?
Sebenarnya ini bukan sekadar pertentangan, melainkan gambaran nyata dari ketidaksesuaian siklus ekonomi global secara total.
**Amerika: Dari anti-inflasi beralih ke perlindungan pertumbuhan**
Masih ingat dua tahun lalu Federal Reserve menaikkan suku bunga satu per satu? Itu dilakukan untuk menahan inflasi yang tidak terkendali. Sekarang berbeda. Meskipun inflasi masih di atas target 2%, sudah menunjukkan penurunan yang jelas dari puncaknya. Yang lebih penting, pasar tenaga kerja mulai mendingin—tingkat pengangguran meningkat, pertumbuhan lapangan kerja melambat.
Federal Reserve sekarang memiliki tujuan yang sangat jelas: mencapai "soft landing". Artinya, tanpa membuat ekonomi masuk ke resesi, secara perlahan menurunkan suku bunga dari posisi tinggi saat ini. Ini adalah sikap defensif, bukan serangan.
**Inggris: Terpaksa mengikuti ekonomi terbuka**
Situasi Inggris sedikit lebih rumit. Inflasi dan pertumbuhan upah di sana lebih keras kepala dibanding Amerika, sehingga langkah bank sentral lebih lambat dan lebih hati-hati. Tapi ada batasan: sebagai pusat keuangan global, Inggris tidak mampu menanggung tekanan depresiasi pound terhadap dolar AS. Jika Inggris mempertahankan suku bunga tinggi sementara AS menurunkan suku bunga, modal akan terus mengalir ke AS, dan pound akan tertekan, yang akan menjadi bencana bagi keuangan London.
Oleh karena itu, Bank of England memilih mengikuti tren penurunan suku bunga, tetapi dengan ritme yang lebih lambat dan lebih konservatif. Ini adalah pilihan yang terpaksa.
**Jepang: Perubahan yang sesungguhnya**
Sedangkan kenaikan suku bunga Jepang? Itu adalah klimaks dari drama ini.
Penting untuk dipahami: Jepang tidak menaikkan suku bunga karena ekonomi terlalu panas, melainkan karena terjadi perubahan yang lebih mendalam. Mimpi deflasi yang berlangsung lebih dari 20 tahun akhirnya berakhir. Tahun ini, negosiasi gaji tahunan (Shunto) di Jepang mengalami kenaikan gaji lebih dari 5%, yang jarang terjadi dalam sejarah Jepang. Gaji meningkat, harga-harga juga naik secara moderat, membentuk siklus yang sehat.
Lebih penting lagi, kebijakan suku bunga negatif jangka panjang sedang menggerogoti keuntungan lembaga keuangan dan menghancurkan daya beli yen. Bank of Japan perlu "menormalisasi" kebijakan moneternya—menaikkan dari -0,1% ke 0,1% mungkin tampak kecil, tapi bagi Jepang ini adalah terobosan bersejarah.
Apa artinya ini? Benteng suku bunga nol terakhir di dunia sedang mundur. Fondasi penetapan harga modal sedang berubah.
**Tiga bank sentral, tiga cerita**
Secara kasat mata terlihat konflik, tetapi sebenarnya mencerminkan perbedaan nyata dalam perkembangan ekonomi global: Amerika berusaha mencegah resesi, Inggris melindungi nilai tukar, Jepang mengucapkan selamat tinggal pada deflasi. Setiap negara menyelesaikan masalahnya sendiri, dan hasilnya adalah ketidaksesuaian kebijakan global.
Dampaknya terhadap pasar? Jauh lebih kompleks daripada sekadar "mengabaikan dan meledak". Lingkungan suku bunga sedang berubah, aliran modal sedang disesuaikan, nilai tukar berfluktuasi. Risiko dan peluang muncul bersamaan, menuntut investor untuk memikirkan kembali alokasi aset dan pertimbangan risiko. Ini adalah aturan permainan yang baru.