Penindakan Malaysia terhadap operasi penambangan Bitcoin tanpa izin telah mencapai tingkat kecanggihan baru. Skala penambangan ilegal telah tumbuh begitu besar sehingga lembaga penegak hukum kini beralih ke teknologi drone yang dilengkapi dengan kamera pencitraan termal untuk memburu operasi-operasi ini.

Apa yang membuat pendekatan ini sangat cerdik? Drone-drone ini memindai pola konsumsi listrik yang tidak normal—tanda khas dari rig penambangan yang berjalan 24/7. Ketika ada deretan ASIC yang terus-menerus melakukan perhitungan, mereka menghasilkan tanda panas yang sangat jelas dan pada dasarnya mustahil disembunyikan dari sensor termal.

Ini bukan sekadar soal menangkap beberapa penambang rumahan. Masalahnya tampaknya sudah cukup besar sehingga memerlukan penerapan teknologi di tingkat pemerintah. Hal ini menimbulkan pertanyaan menarik tentang ketegangan yang terus berlangsung antara adopsi kripto dan penegakan regulasi di Asia Tenggara. Negara-negara di kawasan ini memiliki pendekatan yang sangat beragam—ada yang mendukung penambangan selama musim hujan ketika tenaga air melimpah, ada juga yang melarangnya sepenuhnya karena beban pada jaringan listrik.

Aspek konsumsi listrik menjadi sangat relevan saat ini. Dengan tingkat kesulitan penambangan Bitcoin yang mencapai rekor tertinggi dan biaya energi menjadi perhatian utama untuk profitabilitas, operasi ilegal yang menghindari tagihan listrik memiliki keunggulan yang tidak adil. Hal ini menciptakan distorsi pasar dan membebani infrastruktur nasional.

Patut untuk terus dicermati bagaimana perkembangan selanjutnya. Jika pengawasan drone termal terbukti efektif di Malaysia, jangan heran jika negara lain mengadopsi taktik serupa.