Setelah parade militer 9 September, terasa bahwa pembagian blok dunia semakin jelas, dan negara-negara juga mengalami beberapa perubahan yang halus.

Pertama, Korea Utara dan Korea Selatan sepenuhnya meninggalkan persatuan, baik dari segi hukum, peta, maupun sebutan. Korea Utara mengumumkan pada akhir 2024 untuk menyerah pada persatuan, memandang Korea Selatan sebagai "kekuatan musuh asing", dan memperbarui peta serta konstitusi. Presiden baru Korea Selatan, Lee Jae-myung, juga merespons: menghormati sistem Korea Utara dan tidak lagi mengejar "persatuan melalui penyerapan". Ini adalah langkah bijak kedua belah pihak untuk menghindari bencana, yang sebenarnya menyatakan bahwa kalian berperanglah dengan kalian sendiri, jangan jadikan saya sebagai medan perang. Ini sudah mulai tampak ketika Yoon Suk-yeol memicu masalah tahun lalu, di mana tiga jenderal segera memutuskan jalur darat.

Kedua, setelah membicarakan tarif dengan Amerika, Shiba Shigeo dengan cepat menarik diri, jelas ada faktor untuk menghindari tempat yang penuh kontroversi di dalamnya. Alasan permukaan adalah "tidak ingin partai terpecah" tetapi pemilihan waktunya menarik untuk dicermati. Ini mungkin merupakan keputusan seorang politisi pragmatis yang melihat badai geopolitik yang lebih besar di masa depan (seperti Anda mungkin terpaksa membuat pilihan yang lebih sulit antara China dan Amerika) dan memilih untuk "mundur dengan berani". Ini mencerminkan ketidakpastian dan pencarian otonomi dalam sistem aliansi Amerika.

Kemudian Rusia menggunakan drone untuk menyerang Polandia untuk menguji efektivitas Pasal Keempat dan Kelima NATO.

Ada serangan udara mendadak oleh Israel terhadap Qatar, meskipun dengan dalih Hamas, tetapi sejak saat itu Qatar juga tidak lagi aman. Tindakan ini didasarkan pada kepentingan pribadi Netanyahu untuk terus mengikat Amerika Serikat pada kereta perangnya.

Selanjutnya adalah putaran terbaru negosiasi antara China dan Amerika Serikat di Spanyol. Kali ini, Amerika tidak sekuat sebelumnya, tampaknya dapat mencapai beberapa hasil. Meskipun persaingan strategis antara kedua belah pihak semakin meningkat, masih ada kebutuhan untuk kerjasama pragmatis dalam bidang-bidang di mana ekonomi saling bergantung.

Dalam pergeseran kekuatan di berbagai negara, ketidakstabilan tatanan lama dan tren pengelompokan semakin terlihat jelas. Dunia unipolar yang dipimpin oleh Amerika Serikat semakin memudar, dan tren multipolar semakin cepat. Pusat-pusat kekuatan utama (China, AS, Rusia, Eropa, dll.) sedang melakukan penentuan ulang posisi, mencari untuk membentuk atau memperkuat lingkaran pertemanan mereka, dan dalam prosesnya pasti akan muncul gesekan, pengujian, dan restrukturisasi kekuatan.

Singkatnya, dunia ini semakin terpecah, dan AS semakin hancur setelah kasus penembakan Charlie Kirk, bahkan memicu gelombang pelaporan besar-besaran karena ujaran. Polarisasi politik dan perpecahan sosial di AS semakin parah, saya tidak tahu ke mana arah dunia ini di masa depan, tetapi tampaknya kita memang semakin dekat dengan perang. Kunci masa depan dunia terletak pada kemampuan AS dan China untuk membangun dan mempertahankan mekanisme pengendalian krisis yang efektif, guna menghindari konflik militer langsung. Ini adalah titik risiko terbesar, dan juga merupakan syarat minimum untuk menjaga stabilitas global.

Dan yang perlu diperhatikan adalah bahwa pertemuan antara Tiongkok, Amerika, dan Spanyol ini kebetulan terjadi sebelum penurunan suku bunga di Amerika. Sangat mungkin bahwa kedua negara, Tiongkok dan Amerika, akan mencapai beberapa kesepakatan dan kerja sama mengenai pengaturan penurunan suku bunga. Perlu diingat bahwa bahkan tahun lalu, kedua negara sudah memiliki banyak kerja sama di bawah permukaan terkait penurunan suku bunga, bukan hanya terlihat sebagai pertarungan di permukaan.